GEMPA: Dari Kolor Ijo Sampai Tidur di Jalan

/
0 Comments


Pertama kali aku merasakan gempa adalah saat duduk di kelas dua SD. Malam itu di daerah tempat tinggalku ada warga yang rumahnya kemalingan. Kejadian itu menimbulkan kepanikan warga, mereka mencari ke sawah, ke kebun, hingga keselokan tapi hasilnya nihil. Lalu aku mendengar celetukan seorang warga, jangan-jangan malingnya punya ilmu hitam. Kebetulan saat itu lagi rame-ramenya kolor ijo. Entah apa hubungannya maling sama kolor ijo. Mendengar nama kolor ijo , aku langsung lari ke kamar dan duduk meringkuk diatas kasur karena ketakutan. Tiba-tiba tempat tidurku bergetar dan kemudian bergoyang-goyang. Aku kaget dan langsung berfikir, jangan-jangan kolor ijonya ada dibawah tempat tidurku. Jangan-jangan kolor ijonya mau perkosa aku. Dengan penuh keberanian aku menengok kebawah tempat tidur dengan meniru gaya pemain film horor. Tiba-tiba pintu kamarku di dorong keras oleh mamaku yang sedang kepanikan. “Kamu ngapain sih latihan salto waktu lagi gempa gini” Saat itu aku sadar ternyata tempat tidur aku goyang bukan karena kolor ijo tapi gara-gara gempa.  
Gempa kedua yang aku rasakan adalah saat aku kelas lima SD. Pagi itu kelas kami sedang ulangan IPA dilantai dua, anak-anak cowok udah panik karena gak ada yang belajar. Sampai ada yang tarik-tarik jilbab aku nanyain jawaban. Aku pakai jurus belagak budek dan tetap mengerjakan ulangan. Tiba-tiba meja kami semua bergerak dan bangunan sekolah seperti berayun-ayun. Saking kuatnya gempa itu bisa mindahin meja guru disudut ruangan sampai kedepan pintu. Kita semua panik dan langsung berhamburan menuju tangga, tapi anak-anak cowok masih sempat-sempatnya nyontek lembar jawaban cewek-cewek yang udah pada lari. Mereka memang greget. Bu guru membimbing kami ke lapangan sekolah. Situasi mendadak mencekam, saat kami melihat bangunan sekolah yang menganga. Semua temanku panik, ada yang memeluk ibu guru, ada yang menelpon orang tuanya minta dijemput, ada yang nangis sambil teriak “kita semua akan mati” Ternyata aku bukan satu-satunya korban sinetron.
Setelah dirasa agak aman, sekolah akhirnya mengijinkan kami untuk pulang, aku pun pulang berjalan kaki bersama dua orang temanku. Sepanjang perjalanan kami melihat bangunan-bangunan pecinan yang konon sudah ada dari jaman belanda, semuanya runtuh. Di sebelah bangunan yang runtuh itu,kami melihat Tiang listrik roboh menimpa sebuah mobil yang sedang parkir. Bunyi ambulan dan pemadam kebakaran memekakkan telinga.  Rasanya aku ingin cepat sampai dirumah, mudah-mudahan rumahku tidak roboh.  Sesampai dirumah syukurlah tak ada yang rusak bahkan retak. Rumahku terbilang cukup kokoh karena dindingnya dilapisi kawat besi. Malamnya semua orang tidak ada yang berani tidur di dalam rumah.   Dengan alasan keselamatan,akhirnya warga memutuskan untuk tidur di jalan, saat itu jalanan ditutup dan para pemuda ronda sambil bernyanyi-nyanyi menghilangkan keresahan. Teman-temanku menjemput aku kerumah dan kita benar-benar tidur di jalan. Bagi aku saat itu rasanya kaya lagi sleep over party. Dimana kita tidur bareng-bareng dijalan sambil liat langit, semua ketakutan yang dirasakan saat gempa tadi langsung hilang. Entah kenapa aku merasa situasinya sangat menyenangkan. Kejadian itu malah menjadi memori yang indah untuk dikenang.
Semenjak gempa besar itu aku mulai parno ke kamar mandi. Soalnya dari kamar mandi ke pintu depan itu lumayan jauh. Ketakutan terbesar aku adalah ketika lagi mandi dan tiba-tiba ada gempa, aku gak kebayang aja lari keluar rumah cuma pakai handuk.  Jadilah aku sampai sekarang, punya kebiasaan mandi super kilat. Dan aku jadi suka ngebayangin yang aneh-aneh seperti gunung meletus, tsunami, puting beliung. Padahal daerah tempat tinggalku gak ada gunung yang aktif dan laut pun jauh banget, dan hal ini diperparah dengan ramalan mama lauren yang bilang kalau tahun 2012 dunia akan kiamat. Padahal pada tahun 2012 umur aku baru 16 tahun. Itu berarti aku gak bakalan ngerasain sweet seventeen, apa bener hidup aku sesingkat itu. Eh gak lama setelah itu malah dia yang meninggal, pantesan dia gak bisa liat masa depan. Pokoknya masa kecil aku tuh penuh dengan kepanikan dan kecemasan.
Bagi kita yang tinggal di Sumatera Barat gempa udah kayak makanan tahunan, setiap tahun pasti selalu ada gempa. Sampai aku tinggal di Bali pun aku masih cemas kalau ada berita gempa di Sumatera Barat, aku pasti langsung telpon mama.  

Yang punya pengalaman  sewaktu gempa, share dong. :D



You may also like

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.