PRECIOUS THING FROM THAILAND

/
0 Comments

L

Enam bulan sudah aku lewati masa training di Phuket, Thailand. Benar-benar pengalaman yang beharga. Banyak waktu yang aku habiskan untuk diriku sendiri. Mulai dari mengurus keperluan diri sendiri, berbelanja, memasak, ke bioskop, travelling, piknik di pantai semua aku lakukan sendiri. Hal yang paling membanggakan bagiku saat aku bisa melalui semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku bepergian, baik itu siang atau malam hari dengan jalan kaki tanpa rasa takut, aku benar-benar merasa aman di negara ini.

Di awal masa training, aku merasa kesulitan berkomunikasi. Karena pengucapan bahasa inggris mereka yang sangat aneh. Kalau kalian pernah dengar orang sunda berbahasa inggris mungkin kurang lebih sama. Aku berusaha keras memahami perkataan mereka, khususnya managerku. Hal yang memusingkan kepala adalah disaat semua alat elektronik mereka, baik itu handphone, televisi, DVD, semua ditulis dalam bahasa Thailand. Aku rasa aku butuh waktu bertahun-tahun untuk mempelajari cara membaca huruf-huruf  itu.

 Makanan mereka sama sekali tidak cocok dengan seleraku. Aku sangat tidak suka rasa asam, manis, dan pedas yang dicampur menjadi satu.  Dan Phuk-Chee adalah sejenis dedaunan yang bentuknya mirip sekali seperti seledri.  Saat daun ini diiris dan ditambahkan kedalam masakan yang biasanya ada dalam Tom Yum, maka aromanya yang tajam, lebih tajam dari lidah ibu mertua akan keluar. Aku sangat penasaran karena hampir semua masakan Thailand yang aku makan semuanya  memiliki rasa aneh ini. ternyata irisan daun hijau yang berbentuk seperti seledri inilah biang keroknya. Akupun memutuskan untuk memusuhinya. Tapi bagaimanapun Phuk-Chee adalah ciri khas dari makanan Thailand.


M


Secara kultur dan adat  tak jauh berbeda dengan Indonesia seperti menghormati orang yang lebih tua atau yang statusnya lebih tinggi. Setiap berjumpa selalu mengucapkan Sawaddee Kha/Krubb sambil mengatupkan kedua telapak tangan. Yang mana semakin tinggi posisi tangan maka semakin tinggi rasa hormat yang diberikan. 


L
 
Di sini, waktu terasa begitu cepat, tak terasa Tom Yum yang aku benci jadi sangat aku nikmati. Aku jadi terbiasa dengan masakan pedas. Bahasapun bukan lagi masalah besar, sedikit demi sedikit aku pelajari bahasa mereka. Merekapun selalu dengan senang hati mengajarkanku. Aku mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena aku sering dikira orang Thailand. Mungkin karena kulitku yang gelap ini. Aku juga sudah paham bahasa inggris versi Thailand.




You may also like

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.